photo_2023-07-17_21-21-08

Membangun Greenhouse Hidroponik Fakultas IT PNJ

Pada postingan ini, Parmin mau cerita pengalaman Farmee dalam membangun greenhouse hidroponik di salah satu perguruan tinggi politeknik yang populer di Jakarta. Letak kampusnya berbatasan langsung dengan Universitas Indonesia, ya apalagi kalo bukan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Simak cerita Parmin sampai habis ya!

Permintaan Instalasi Hidroponik dan Membangun Greenhouse

Awalnya Farmee mendapatkan pertanyaan terkait instalasi hidroponik, seperti yang biasa Farmee terima melalui kontak chat di website ini. Percakapan berlanjut dengan ketertarikan untuk membuat instalasi hidroponik yang dilengkapi greenhouse dalam pembuatannya.

Mengapa menggunakan greenhouse? Karena dengan greenhouse lebih dapat melindungi tanaman dari serangga maupun hama. Pada umumnya, tanaman juga tidak terganggu dengan curah hujan maupun angin dengan intensitas yang terlalu tinggi. Greenhouse juga membantu untuk menjaga suhu optimal pada tanaman agar dapat bertumbuh dengan baik.

Secara singkat, Farmee menerima permintaan pembuatan instalasi hidroponik dan membangun greenhouse tersebut. Tentu saja ini merupakan saat yang Farmee nantikan karena dapat memperkenalkan hidroponik lebih luas, apalagi ke kalangan mahasiswa. Maka tim pengembangan instalasi Farmee segera mencari dan merangkai bahan baku yang dibutuhkan. Mulai dari bahan baku instalasi hidroponik, hingga bahan untuk pembuatan greenhouse.

Selama 1 minggu Farmee mempersiapkan rangkaian instalasi dan greenhouse tersebut di workshop. Kami menggunakan skema rancangan yang bisa knock-down agar dapat dibawa dan dipasang dengan lebih mudah di lokasi (Kampus PNJ). Setelah Farmee selesai mempersiapkan keperluan pemasangan instalasi hidroponik dan greenhouse, kami membawa rangkaian tersebut ke Kampus PNJ untuk dipasang.

Pemasangan Instalasi dan Greenhouse

Ketika sudah sampai lokasi pemasangan yang ditentukan, ada kendala pada kemiringan tanah tempat greenhouse akan dipasang. Farmee bersama pihak kampus memutuskan untuk meratakan dan mengganjal bagian tanah tersebut agar greenhouse dapat berdiri dengan baik. Selain itu, untuk tempat penampungan air ada permintaan untuk diletakkan di dalam tanah, sehingga tim menggali lubang di dekat bangunan greenhouse sebagai tempat toren penampungan air dan nutrisinya. Hasil akhir greenhouse serta instalasi yang kami pasang adalah seperti ini.

Bagian Depan Greenhouse
Bagian Samping Greenhouse
Bagian Dalam Greenhouse

Alhamdulillah meskipun ada kendala dengan cuaca hujan deras selama proses pemasangan, bangunan greenhouse serta instalasi berhasil berdiri di Kampus PNJ Fakultas IT. Tidak lupa tim Farmee juga menyiapkan kebutuhan tanaman hidroponik seperti benih, nutrisi, serta rockwool untuk digunakan pada instalasi tersebut. Sehingga dari pihak kampus bisa langsung menggunakan greenhouse beserta instalasi hidroponik setelah terpasang.

Setelah kegiatan pemasangan instalasi dan greenhouse selesai, tim Farmee juga melakukan pelatihan menanam hidroponik di greenhouse tersebut. Sebagai tambahan, kami melakukan pendampingan kepada pihak kampus agar dapat berhasil menumbuhkan tanaman di instalasi sehingga nantinya bisa dipanen. Mulai dari bagaimana cara penyemaian benih maupun bagaimana menggunakan TDS Meter kami ajarkan agar tanaman hidroponik dapat berhasil panen. Tidak lupa kami mendorong agar dapat mencoba berbagai eksperimen ketika menanam secara hidroponik agar mendapatkan kepuasan tersendiri dalam prosesnya.

Apakah lembaga atau komunitas kamu tertarik untuk belajar hidroponik dengan greenhouse juga? Yuk, kolaborasi bareng Farmee!

Farmee.id menyediakan paket instalasi hidroponik dan peralatan pendukung hidroponik lainnya. Kami juga menyediakan sesi pendampingan untuk kamu agar dapat berhasil sampai panen. Ingin mulai berkebun? Kontak kami sekarang melalui nomor di sini atau DM di Instagram

kendala hidroponik-min

Kendala Hidroponik: Alasan Kenapa Pertanian Tidak Mudah Terdisrupsi

Berbagai kendala hidroponik menjadi alasan kenapa pertanian tidak mudah terdisrupsi dalam waktu singkat. Setidaknya hal tersebut sering kami dengar dari customer, meskipun “mudahnya”  solusi bertani dengan seperangkat nutrisi di dalam air ini. Di sisi lain, kita tetap perlu memperhatikan ‘syarat dan kondisi’ bercocok tanam hidroponik. Dalam kasus ini seperti dari sisi ekonomis, fisiologis tanaman maupun pemanfaatannya secara sosial.

Sebelumnya pernyataan Gericke saat menerbitkan karya pertama kali pun rasanya masih relevan dengan hidroponik saat ini, bahwa hidroponik masih butuh banyak pengembangan, setidaknya di Indonesia. Poin penting Gericke yang perlu kita garis bawahi adalah jangan mudah percaya pada fakta yang dilebih-lebihkan tentang hidroponik.

Kendala Menerapkan Hidroponik

Banyak orang yang tertarik menerapkan hidroponik disesatkan dengan minimnya pencarian informasi. Sehingga tidak dibekali pengetahuan yang cukup tentang batasan dan tantangan yang akan dihadapi dalam menerapkan hidroponik. Sehingga, proyek hidroponik mereka dalam sekejap gagal.

Masalah Utama Hidroponik

Pertanian dengan sedikit tanah seperti hidroponik bukan berarti sedikit tantangan. Kita bisa membaginya ke dalam tiga masalah utama, antara lain cahaya, air dan nutrisi.

Paparan cahaya sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Beberapa industri pertanian dengan teknologi mutakhir sudah bisa menghasilkan produknya di ruang tertutup dengan rekayasa cahaya Ultra Violet (UV). Namun, tentu saja alatnya mahal untuk pemula hidroponik. Maka dari itu, untuk mengatasi isu ruang dan modal, sangat penting menentukan lokasi kebun agar mendapat sinar matahari yang melimpah.

Pengendalian tingkat keasaman air dan kepekatan nutrisi juga faktor penting pertumbuhan tanaman yang optimal. Dengan kata lain, konsekuensi bertani hidroponik adalah menjaga pertumbuhan tanaman agar selalu terukur, seminimalnya dengan pemecahan pada tiga masalah di atas.

Solusi Cara Berkebun Hidroponik

Merefleksikan pada tujuan dan kegagalan yang pernah terjadi di masa lalu, maka apabila kita gagal pada percobaan hidroponik yang pertama atau kedua, mungkin masalah utamanya belum terpecahkan. Di era teknologi seperti sekarang, informasi tentang cara berkebun hidroponik melimpah.

Seperti contoh di web Farmee.id ini, kamu bisa menemukan cara penyemaian benih maupun bagaimana menggunakan TDS Meter. Namun pastikan kita mempelajari pada bagian paling dasar, dan jangan pernah berhenti mencoba serta berinovasi. Apabila kamu ingin berdiskusi maupun pendampingan tentang hidroponik, kami siap membantu.

Farmee.id menyediakan paket instalasi hidroponik dan peralatan pendukung hidroponik lainnya. Ditambah lagi terdapat sesi pendampingan sampai berhasil panen. Ingin mulai berkebun? Kontak kami sekarang melalui nomor di sini atau DM di Instagram

sejarah pertanian perkembangan metode hidroponik

Sejarah Pertanian: Masalah dan Perkembangan Metode Hidroponik

Soilless Gardening / hidroponik sebenarnya bukan teknologi pertanian yang baru ditemukan dalam sejarah pertanian. Beberapa bukti sejarah menunjukan bercocok tanam dengan sedikit tanah sudah dipraktikan pada peradaban kuno, seperti Taman Gantung Babylonia hingga kebun terapung bangsa Aztec.

Akan tetapi meski disebut soilless, bukan berarti nirsoil, atau sama sekali tanpa tanah. Senyawa dalam tanah tetap ada hanya saja dialih bentuk menjadi pekatan yang dilarut ke dalam air sebagai media tumbuh tanaman.

Awal Mula Sejarah Hidroponik

Pada mulanya bercocok tanam dengan sedikit tanah semakin berkembang setelah W. F. Gericke mempopulerkan istilah ‘hidroponik’ dalam bukunya yang terbit tahun 1940 berjudul ‘The Complete Guide to Soilless Gardening”. Hidroponik sendiri diperkenalkan melalui seminar Gericke sejak tahun 1929, yang berarti seni dan sains menumbuhkan tanaman dengan media air.

Bersanding dengan agrikultur ‘care of the field’ atau ‘merawat ladang’, hydro (air) dan ponos (daya) memiliki dasar teori bahwa semua faktor pada pertumbuhan tanaman (yang biasa disuplai oleh tanah) dapat direkayasa dengan sistem penyerapan nutrisi bermedia air. 

Perkembangan Metode Hidroponik

Pada saat itu perkembangan hidroponik telah melalui serangkaian ujicoba. Menurut Gericke, percobaan hidroponik mulanya agar pemanfaatan tanah bisa lebih baik untuk pertanian. Sejak tahun 1929, ketika teori hidroponik dipresentasikan, tujuan tersebut bergeser.

Model bercocok tanam tanpa tanah dikembangkan untuk meningkatkan hasil panen serta memanfaatkan lahan untuk bertani di daerah yang kurang subur. Tentunya biaya yang diperlukan per area bertani hidroponik lebih mahal dibanding pertanian konvensional. Meski begitu, uji coba pertanian hidroponik terbilang cukup diminati pada masa awal mula dikembangkannya metode ini.

Sebelum itu karya Ellis, Swaney dan Eastwood yang diterbitkan tahun 1963 merekam beberapa perusahaan swasta yang mulai melakukan pengembangan model pertanian hidroponik. Shell Oil Company misalnya, pada tahun 1944 menginisiasi sebuah kebun hidroponik di Pulau Curaçao, sebuah koloni Kerajaan Belanda di Hindia Barat (Kepulauan Karibia). Tujuan kebun itu tidak lain agar dapat memenuhi sayuran segar untuk pegawai mereka di negeri koloni.

Ketertarikan Shell terhadap hidroponik sebenarnya juga terinsiprasi dari model kebun hidroponik yang lebih dahulu dikembangkan Lago Oil and Transport Company, anak perusahaan dari Standard Oil Company of New Jersey, di Pulau Aruba yang berjarak 80 km sebelah barat daya Curaçao.

Hidroponik Pada Lahan Tandus

Pengembangan berskala lokal pada waktu yang berdekatan juga dilakukan di beberapa lokasi terpencil. Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) pernah mendirikan kebun hidroponik di Pulau Ascension dan di Iwo Jima. Dua pulau ini mempresentasikan kebun hidroponik sebagai solusi pertanian pada lanskap alam yang tandus. Eastwood mensyaratkan dua kondisi dan urgensi berhidroponik.

Pertama, berada di daerah yang tidak memungkinkan implementasi agrikultur, namun secara iklim masih menunjang produksi tanaman pertanian. Kedua, hidroponik dapat dikembangkan di dalam ‘greenhouse’ dengan teknik pertanian terukur sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pertanian. Dua syarat tersebut menjadi pertimbangan sekaligus potensi yang dapat kita lihat pada masa mendatang terhadap model pertanian hidroponik, baik untuk tujuan non-komersil, semi-komersil maupun industrialisasi produk hidroponik yang masih eksklusif.

Farmee.id menyediakan paket instalasi hidroponik dan peralatan pendukung hidroponik lainnya. Ditambah lagi terdapat sesi pendampingan sampai berhasil panen. Ingin mulai berkebun ? Hubungi kami disini.